Sabtu, 17 Agustus 2013

Anak-anak yang Bahagia Menjadi Dirinya Sendiri

Anak yang cantik/ganteng, sudah biasa, anak yang berotak cemerlang jg makin banyak, anak yang punya orangtua kaya harta juga bukan sesuatu yang aneh.. Tapi coba tanyakan pada mereka,dengan posisi mrka serba bagus, apakah mereka bahagia?
Belum tentu jawabannya ''ya''.

Tapi bagaimana dengan anak yang terlahir dari keluarga sederhana, memiliki fisik yang tak sempurna atau otak yang biasa saja bisa tetap bahagia menjadi dirinya sendiri, percaya diri, berprestasi dan tetap optimis?
Pastilah di belakang mereka ada orang2tua yang hebat...
Ini adalah anak2 sederhana yg kehadirannya sanggup memalingkan dunia saya, membuat saya penasaran sekaligus mengaguminya...

1.DANU
Danu murid kecil saya, duduk di kelas VI SD ketika saya mengajarnya. Danu sebenarnya tidak kalah pintar dengan Harry, juara bimbel di suatu lokasi. Tapi Danu tidak seperti anak2 pintar yg lain, yg narsis dengan kepintarannya dan merendahkan teman2 yg lain.
Danu bisa saja mengumpulkan hasil tes hariannya lebih awal, atau bicara keras2, menjawab smua pertanyaan guru di depan untuk menunjukkan kehebatannya di depan teman2nya,tapi Danu tidak pernah melakukan itu. Dia pulang hampir selalu yang terakhir meskipun dia bs dgn mudah mengerjakan soal2 itu. Kenapa dia selalu pulang terakhir? Karena dia selalu membantu saya, menjelaskan pada teman2nya yg masih malu bertanya pada saya. Danu menerangkan dengan telaten, tak peduli bahwa itu akan menghambatnya menyelesaikan tugas/tesnya. Selalu seperti itu. Danu juga anak yg sangat sopan, rajin membantu saya dan rendah hati, dia tidak pernah mengolok-olok teman yg kemampuan otaknya di bawah rata2, beda sekali dgn rata2 kebanyakan anak2 laki2 yg lain. Sungguh sy terkesan padanya. Hal ini yg kemudian membuat saya penasaran. Ketika pulang, saya pun ,mengintip, saya benar2 ingin tahu, bagaimana tipe orangtuanya dan bgmn orangtuanya mendidik Danu.

Saat bertemu anaknya, ibu yang biasa2 saja akan bertanya..''wah anak mama,dapat nilai berapa tadi?apa seratus?wah hebat!Besok begitu lagi ya..anak mama pastilah pintar dan harus pintar''
Atau..''bagaimana nilaimu?apa?salah dua?gimana sih?makanya belajar!begini saja bisa salah sih?''
Tapi bagaimana dgn ibunya danu?
''Hai sayang. Bagaimana hari ini? Menyenangkan? Tadi sudah berbuat kebaikan apa? Sudah membantu kakak guru?hebat! Trus apalagi? Membantu teman menjelaskan yg Danu bisa? Trus sekarang Rio ngerti setelah danu jelaskan? Waah hebat. Trus berbuuat baik apa lagi? Membuang sampah di tempatnya? Wah keren! Trus apalagi? Nilainya seratus? Tapi tidak mencontek kan? Wah, Mama bangga sekali pada kamu, sayang. Semoga besok2 Danu bisa lebih baik lagi dan bs lebih bermanfaat lagi ya anak baik...
Kata mamanya sambil merangkul Danu.
Selalu kata2 itu yg mamanya Danu tanyakan, bukan ''nilai'', tapi ''apakah kamu memberi manfaat hari ini? Kebaikan apa yg kamu perbuat hari ini''
Hmmm sangat menginspirasi saya...

2. Yoga
Yoga siswa kelas 8 Smp. Badannya setengah gemuk,tidak tinggi, ceria, jenaka, percaya diri dan aktif (komunikasi aktif-percaya diri).
2 jam saya mengajar di kelasnya, sampai bel akhirnya berbunyi,Yoga layaknya anak laim yg ceria,senang ngocol,komunikatif dan percaya diri. Tidak beda dari anak2 lain. Saat bel berbunyi, teman2 Yoga sudah beranjak dari kursinya. Dan yoga, masih di kursinya, mengatakan pada saya. ''kakak,terimakasih atas hari yg indah, saya senang sekali pada hari ini. kapan2 kalau ada soal yg tidak bisa saya jawab, saya boleh tanya pada kakak,ya''
''ok, tapi apa kamu tidak ingin pulang?''
''nanti bapak saya akan menjemput'' katanya, masih tak beranjak dari kursinya.
''mungkin bapak kamu menunggu di luar. Apa kamu tidak ingin mencarinya di luar?''
Belum sempat di jawab oleh Yoga. Tiba2 datanglah seorang bapak berumur sekitar 40an dengan tergesa-gesa, sambil menjawab..''Anak saya, Yoga TIDAK BISA BERJALAN SEJAK LAHIR,BU. SAYA BIASA MENGGENDONGNYA KEMANAPUN DIA MAU'' jawab bapak itu sambil tersenyum tanpa disertai rasa malu atau canggung. Subhanallah. Sy diajak belajar oleh Allah pada bapak itu. Hingga akhirnya kami bertemu dalam obrolan singkat. Inilah kata2 bapaknya YOGA yang masih saya ingat..
''Yoga anak saya lahir dengan kaki lumpuh layu,tak bisa berjalan samasekali. Tapi saya justru banyak belajar darinya. Saya belajar mencintai dengan tulus, saya belajar bersabar, belajar bersyukur, belajar optimis dan belajar mencari 'kacamata' yang tepat tuk Yoga. Tidak ada makhlukNya yg tidak sempurna. Kata orang2 Yoga cacat, ngga sempurna. Karena itu saya harus cari kacamata lain supaya kelihatan kalau Yoga itu sempurna di mata saya. Dan saya sudah menemukan kacamata itu. Yoga anak yang baik, nurut sama orangtua, sholatnya juga rajin, anaknya lucu, suka menghibur orang2 dan tidak pernah mengeluh. Lalu masa saya harus mengingkari nikmat Allah itu? Jelas sy sangat bersyukur. Saya bangga pada Yoga. Saya akan antar kemana dia ingin pergi dengan tangan saya dengan tanpa rasa malu. Karena saya sayang pada Yoga dan saya bangga padanya. Ditukar dengan anak yg normal pun saya ngga mau. Saya sungguh bersyukur memilikinya...''
Mmmmh...saya sampai harus minta ijin sebentar pada bapak itu untuk ke kamar mandi dan menghapus air mata keharuan saya di sana.

3. Marina
Marina, remaja perempuan kelas 9 SMP. Tidak terlalu mencolok kecuali Marina sangat rajin, tulisannya rapi dan banyak bertanya. Secara fisik Marina termasuk kurus dan warna kulitnya sawo sangatKsangat matang. Alias hitam.
Suatu saat, Marina yang saat itu sudah duduk di bangku kelas X SMA mendatangi saya,ketika saya akan mengajar. Di luar lokasi.
''Kakak, saya Marina. Kakak pernah mengajar saya waktu saya SMP, sekarang saya tidak les lagi, tapi pensil 2B dari kakak masih saya simpan. Terimakasih ya kak. Pensil itu masih saya simpan untuk kenangan, dia yg mengantarkan saya ke SMA impian saya, kelak sy jg ingin kuliah dan bekerja di tempat yg baik.''
Saya manggut2. Tuk anak2 yg rajin dan nilainya bagus,dulu,sy mmg sring memberikan pensil pada mereka. Tp sedahsyat itukah pensil pemberian saya?
''Rumah kamu dimana, Marina?''tanya saya kmd.
''Saya tinggal di pabrik bersama ibu dan adik saya. Bapak saya pergi ketika kami masih balita. Tuk biaya hidup dan sekolah ibu menjadi buruh pabrik. Kami juga bantu2 ibu disana, stlh kami pulang sekolah. Kami juga bekerja disana''
''maksudnya kamu tinggal di asrama pabrik itu?''
Marina menggeleng,''kami ngemper di pabrik,kak. Ngga apalah. Kata ibu, untuk meraih cita2 memang harus berkorban.''
''Lalu bgmn kamu bisa ikut bimbel,kan mahal?''
''ibu saya yang memaksa, kak. Sebelumnya kami sama sekali tidak mampu tuk bisa les apapun krn kami benar2 tak punya uang, tp tyta tuk kali ini ibu punya tabungan. Sedikit2 menyiishkan upah kerja kami. Ibu ngotot,sy harus ikut bimbel,spy bs masuk SMA yg bagus, kuliah di tempat yg bagus dan bekerja tuk meningkatkan hidup dan nasib kita, kak. dengan keadaan kami yg pas2an sy jelas tdk berani meminta uang apa2 lg pd ibu,mskipun tuk membeli pensil 2B. Alhamdulillah dpt dr kakak. Terimakasih ya kak. Doakan supaya sy bisa membelikan rumah tuk ibu, suatu saat nanti''
Saya aminkan beberapa kali, bahkan saat sosoknya sdh tak terlihat lg oleh saya. Seringkali kebahagiaan bukan kita dapat krn kesempurnaan yg ada pada diri kita. Tapi kebahagiaan itu anugerah karena kita telah bersyukur pd apa yg kita miliki atau karena kita telah memberikan sesuatu atau memimpikan untul memberi sesuatu pada orang yg kita sayangi..
Terimakasih sayang. Kalian telah memberikan sy inspirasi dan memberi saya kacamata baru...
Terimaksih ya Allah atas pelajaran ini..

August 5, 2011

0 komentar:

Posting Komentar