Awal 2008
Aku memang termasuk pengajar baru (saat itu
belum satu tahun aku mengajar di bimbingan belajar),tetapi banyak
pelajaran yang sudah aku ambil dari tempat ini. Pengalaman berdiri di
depan kelas, dimana hampir setiap anak berbicara sendiri dan
berkejar-kejaran. Pengalaman dicaci maki oleh seorang murid lewat
angket, pengalaman diciumi tangannya (bukankah sebelumnya cuma anakku
yang sudi mencium tanganku?) dan lebih banyak lagi pengalaman yang
indah-indah yang tidak cukup untuk diuraiakan.
Aku tidak tahu
mengapa dalam sebulan terakhir ini perilaku Genta (sebut saja begitu)
salah seorang muridku, kelas 7 SMP, menjadi berubah 100 derajad (tidak
sampai seratus delapan puluh derajat lho). Genta yang aku kenal adalah
anak yang baik, cerdas, sopan, jenaka dan penurut. Biasanya, saat aku
mengajar, maka genta akan mendengarkanku dengan antusias, dan saat aku
berikan soal latihan, ia akan dengan senang hati mengerjakannya.
Tapi
itu dulu,kini, sebulan terakhir, perilaku Genta benar-benar menguji
kesabaranku. Ada saja perilakunya yang menyedot perhatianku dan
teman-temannya. Seperti saat ini, saat aku sedang serius mengajar, dia
yang datang terlambat, tiba-tiba saja dia bernyanyi sekeras-kerasnya,
seolah menantangku, bukan itu saja, saat yang seharusnya serius pun dia
dengan sengaja membuat kegaduhan, sehingga konsentrasi kami menjadi
hilang. Menurut teman-temannya bukan di sini saja Genta berlaku
demikian, tapi di sekolah juga seperti itu. Ah aneh sekali.
Saat
istirahat, aku dekati Genta, khawatir ada perlakuan atau kata-kataku
yang pernah menyinggungnya, aku pun minta maaf terlebih dahulu pada
Genta, tapi bukannya memafkan aku, Genta malah menangis terisak-isak
dihadapanku. "Kakak tidak pernah salah pada saya, kakak baik, saya
senang kakak. Saya hanya kecewa pada orangtua saya. Mereka akan divorce
kak. Padahal selama ini saya belajar.. belajar dengan rajin, berusaha
jadi anak pintar, seperti yang mama papa ingin (Genta juara di SMPN
30,SMP paling fave d jakut saat ini). Tapi kenapa mereka bercerai? Saya
bingung, saya akan tinggal dimana nanti? Apakaah orangtua saya akan
tetap sayang pada saya? Bagaimana nanti bila mereka menikah lagi?"
Sambil sesenggukan Genta mencurahkan isi hatinya. Aku terpana, aku tidak
menyangka Genta akan menjawab demikian."Ah Genta, belajarlah untuk
Allah dan untuk masa depan kamu, bukan untuk yang lain, karena suatu
saat nanti kamu toh akan hidup mandiri, tidak bergantung pada orang
lain. Tentu saja orang tua kamu sayang pada kamu. Hanya saja mereka
belum dapat menjelaskan itu sekarang. Kamu sabar ya..Allah akan bersama
orang yang sabar" kataku beberapa saat kemudian, setelah aku berhasil
menguasai hatiku.
Beberapa minggu setelah peristiwa itu, aku tak pernah lagi melihat Genta. Mudah-mudahan dia baik-baik saja.
Maret 2008
Tidak
seperti biasa suasana di sekolah anakku menjadi tegang hari ini. Bapak
dan Ibu guru berkumpul di kelas, kasak-kusuk, yang aku tidak tahu persis
bunyinya.
"Bu Nissya, ibunya Theana menelpon kami tadi. Bu Nissya
baru bercerai dengan suaminya, dia minta agar Theana 'diamankan', kami
tidak boleh memberikan Theana pada Bapaknya, yang mungkin akan
menjemputnya nanti. Theana cuma boleh sama ibunya. Ah kami jadi bingung,
masa bapaknya sendiri tidak boleh menjemput". Kata salah seorang ibu
guru setelah aku berusaha minta penjelasan darinya. Kasihan Theana, bila
Bapak dan Ibu Guru saja bingung, apalagi Theana.
Mei 2008
Bani
memang anak yang suka membuat onar. Hampir semua pengajar lokasi kami
tahu itu. Baru kelas 9 SMP saja catatan buruknya sudah segunung. Kali
ini Bani diintrogasi lagi oleh pihak Bimbel. Tidak seperti kenakalannya
yang terdahulu, kesalahan Bani kali ini dianggap sangat fatal. Bagaimana
tidak kesal, tembok kelasnya yang baru saja di cat, ia coret-coret
kembali dengan kata-kata kasar. Semua kesal dengan Bani. Semua tidak
habis pikir. Tapi perasaanku datar saja kepadanya. Aku mengamati Bani
dengan seksama. Seperti ada yang aneh dengan anak ini. Tiba saatnya
diintrogasi, Bani menangis sambil mengepalkan tangannya. "Maafkan saya,
Pak. Saya kesal dengan orangtua saya, mereka sedang dalam proses
perceraian. Saya benci mereka. saya sedih dengan ini semua, apalgi bila
melihat adik-adik saya, tapi saya tidak tahu harus berbuat apa untuk
mereka. Papa dan mama egois!" Kata Bani penuh emosi, setelah beberapa
saat terdiam. YA, sekarang aku tahu jawabannya. Aku hanya kasihan pada
dia.
Juli 2008
"Assalamu 'alaikum,
Bu" Suara Pemilik Sarana Apotekku menyapaku lewat telpon. Ada apa
pagi-pagi begini beliau menelpon. Pasti ada hal penting, yang lebih
penting dari semacam keharusan membuat NPWP begitu(karena wktu disuruh
membuat NPWP hanya lewat SMS saja), nah sekarang apalagi,pikirku."Wa
alaikum salam, Pak, ada apa ya?"Kataku to the point."Kemaren ada kasus,
Bu. Ada anak remaja melakukan percobaan bunuh diri pakai obat-obatan
yang dia beli dari apotek kita. Sebenarnya obatnya tidak bahaya kok Bu,
hanya obat-obat keras yang sudah ada izin edarnya(sambil menyebut merk
dagang) saja. Tapi dia sengaja meminumnya dalam jumlah yang besar.
Kemaren Polisi ingin bertemu Ibu, tapi karena Ibu tidak di tempat, jadi
ke saya. Alhamdulillah, masalah sudah selesai. Ibu tidak usah khawatir.
Polisi sudah paham kok". Aku sedikit kaget dibuatnya, lalu kemudian
"Memangnya ada apa, Pak, kenapa anak itu mau bunuh diri?". aku dibuat
penasaran. "Karena orangtuanya baru bercerai,Bu, dan entah masalah
apalagi,mungkin permasalahn remajalah". Hah,lagi-lagi bercerai.
Agustus 2008
Karina
adalah teman dekatku, beberapa tahun terakhir ini, kami memamng sangat
akrab. Aku menganguminya karena dia cantik, mandiri, ambisius, pintar
dan berkarakter. Dia tidak ragu untuk melawan arus. Sementara mungkin
baginya aku cuma seorang good listener. Jujur saja, hidupku memang
terwarnai oleh kehadiran Karina. Bekerja di perusahaan multinasional
yang ternama membuat dia semakin bersinar, apalagi sesekali dia ikut
workshop ke luar negeri, membuat aku betah berlama-lama mendengar
ceritanya. Tapi cerita Karina kali ini cukup menohokku.
"Kami
sedang mengurus perceraian, mudah-mudahan akhir bulan ini kelar, aku
sudah capek" Katanya santai, di siang yang sangat panas di suatu
restoran cepat saji.
Aku diam. Bahkan orang secantik Karina dan
seganteng Ardi, ditambah dengan kelucuan Kayla yang baru genap 6 bulan.
Tak menggoyahkan mereka untuk bercerai. Apalagi yang kurang? Karir
Karina tergolong sangat mantap. Belum genap 30 tahun, ia sudah menjadi
manajer di tempatnya bekerja (maklum, lulus s-1 cumlaude dari sebuah PTN
dalam waktu 3,5 tahun,langsung dilanjutkan dengan kuliah s-2) dan
beberapa kali ia diutus ke luar negeri. Sedangkan Ardi? ah, dia
apalagi...
Rumah besar dan tingkat di pusat kota Jakarta serta dua
buah mobil siap mengantar mereka bekerja. Tetap saja tidak membuat
pasangan ini puas. Bila aku terkagum-kagum dengan semua yang dia punya,
karina hanya berkata santai "Hey,it's just a little part of my goal"
Karina dan Ardi, selalu saja ingin mencapai puncak. Tapi, apakah si kecil Kayla,anak mereka bangga dengan semua itu??
Ah,
Karina&Ardi, tidakkah kalian pandangi beningnya mata Kayla, lalu
coba bertanya padanya apa keinginannya pada orangtuanya?
Awal Oktober 2008
Tidak
biasanya Lisa, teman kerjaku di bimbel, datang dengan wajah lusuh.
Padahal biasanya Lisa termasuk ibu muda yang periang. "aku sedih mbak
dengan anak muridku di SMP". Lisa temanku ini adalah seorang sarjana
psikologi lulusan UGM yang juga mengajar di SMP negri."Dia akan
dikeluarkan dari sekolah, karena akan mencuri uang temanku,guru BP
juga"Kata lisa sambil sesekali meneguk air putih di hadapannya. Mungkin
mencoba menenangkan diri. "Dia baru pertama kali mencuri?"
Tanyaku..."Tidak,ini sudah ketiga kalinya" "ya sudah, apa
masalahnya?Biar saja ini jadi pelajarannya, masa mencuri kok
berkali-kali"Kataku enteng.
"Tapi kasus yang lain belum ada bukti
dan saksinya mbak, hanya perkiraan saja, dengan tertuduh paling kuat
dia,baru kasus yang ini dia benar-benar tertangkap tangan. Masalahnya
dia itu anak tidak mampu mbak,ibunya cuma bekerja sebagai petugas
administrasi kantor yang dibayar perhari, dia bersama adiknya hidup
sangat pas-pasan,bahkan kalau sudah tidak punya uang untuk transport ke
sekolah,ya mereka tidak sekolah, mereka juga cuma makan dua kali sehari.
Apalagi muridku ini sudah kelas sembilan mba, jadi beberapa bulan lagi
akan UAN. Kalau dia dikeluarkan,bagaimana kelanjutan sekolahnya
nanti?"Lisa menerawang jauh..
"Lis,kemana Bapaknya murid kamu itu?
sudah meninggal?"Selidikku,karena dalam cerita Lisa yang sangat panjang
dan sangat lebar, tidak terselip sedikit pun kata 'bapaknya'. "Ya itu
lah mbak,bapaknya pelaut, pergi meninggalkan ibunya dan anak-anaknya,
sampai sekarang mereka tidak pernah lagi di biayai Bapaknya, untunglah
ibunya sedikit-sedikit bisa mencari uang...yaaah walau pun pas-pas an
banget" "Hmmmmmh' Kok aku jadi ikut sedih ya???
Akhir Oktober 2008
Seperti
biasa, aku menyempatkan diri untuk datang ke sekolah anakku, minimal
dua kali dalam seminggu, untuk melihat kondisinya di sekolah, sharing
tentang perkembangan dan hambatannya selama sebulan ini pada Bapak dan
Ibu gurunya di sekolah. Belum sampai di kantor Ibu kepala sekolah,
mataku tertumbuk pada loker milik salah seorang teman anakku, sebut saja
Kenny. Hari ini loker Kenny tidak terkunci, pintunya sedikit terbuka.
Tumben hari ini Kenny tidak datang pikirku. Kenny adalah anak yang
sangat rajin pergi ke sekolah, sifatnya riang, sabar, rajin, penyayang
dan sedikit mudah diatur. Entah kenapa, hari itu aku sangat penasaran
dengan loker Kenny. Pada pintu loker itu banyak ditempeli stiker mobil,
khas simbol anak laki-laki. Selain stiker, ada juga tulisan-tulisan
kecil berbagai warna dan ukuran yang isinya tentang Kenny... Kenny...
dan Kenny memperlihatkan bahwa Kenny begitu disayangi oleh ayah dan
ibunya. Aku memandangnya dengan bahagia. Tiba-tiba diantara tulisan tsb,
terselip kata "Selamat jalan Kenny, kami selalu sayang kamu". Dahiku
berkerut, aku lalu bergegas ke ruang kepala sekolah. Ada apa dengan
Kenny?
"Kenny anak yang baik. Perkembangannya maju pesat di
sini".Kata kepala sekolah, yang juga Aku amini. Kenny memang terlihat
betah dan cukup populer di TB/TK ini.
"Tapi orangtuanya dalam
proses perceraian, Kenny sekarang ikut mamanya di kota lain. Beberapa
bulan menjelang kepindahannya, perkembangan Kenny menurun, melambat.
Saya tidak tahu kenapa, mungkin Kenny sedih dan bingung. Saya tidak tahu
pasti. Tapi dimana pun Kenny berada sekarang, semoga ia bahagia".
Percakapan mengenai Kenny berakhir, tapi senyum Kenny, kenangan tentang
Kenny, dan apa yang terjadi pada Kenny, telah membekas dalam ingatanku.
Ya, selamat jalan Kenny, kami selalu sayang kamu.
Tentang
Kenny,aku menjadi sangat prihatin dibuatnya. Apalagi jika aku
membayangkan Kenny. Ah, anak sekecil itu (Bukankah dia seumur anakku?)
tetapi harus menanggung cobaan yang sedemikian besar. Terpisah dari mama
atau papa atau adiknya (bila pengasuhannya terbagi dua) tentu saja itu
bukan sesuatu yang indah dimatanya bukan?
Februari 2009
Sore
yang cerah... "Bu,ada orangtua murid yang ingin bertemu, ditunggu di
ruang staf ya bu"kata staf,setelah aku usai mengajar. Aku menuju tempat
tsb dengan hati bertanya-tanya..."Assalamualaikum,Bu..ini guru
matematikanya Fadhil(sebut saja begitu) ya?" sesosok perempuan muda dan
cantik dengan ramah menyapaku. Aku menjawab salamnya sambil mengagumi
wajahnya dan tentu saja masih bertanya-tanya dalam hati. "Begini,Bu.
Saya tidak tahu,kenapa ya Fadhil begitu sulit belajar dan konsentrasi.
Semua nilainya dari dulu sama saja. Di rumah juga kerjanya hanya maiiiin
terus. RAsanya tidak ada kemajuan sama sekali..padahal dia sudah saya
awaasi sekolahnya,sudah saya leskan dimana-mana. Saya juga mendampingi
dia belajar setiap malam. Rasanya saya cape , Bu. saya sendirian
mengasuh anak, mencari uang dan anak saya.. (perempuan itu menghirup
nafas yang dalam)...anak saya tidak mau mengerti. Padahal saya selalu
menasehati dia,bahkan sampai menangis...tapi tetap saja dia seperti itu.
Saya mohon ya Bu,agar dia dinasehati.Ibukan pengajar sini yang paling
banyak mengajar Fadhil kan? FAdhil juga sering cerita (jam Matematika
yang paling banyak dibandingkan dengan jam pelajaran lain). Saya sedih
Bu,saya ingin kelak dia 'jadi' orang meskipun saat ini saya harus
mengasuh dia sendirian dan bapaknya...bla bla bla...(kali ini air
matanya deras bercucuran)"
Ya,Fadhil,menjadi terlalu cuek dan
seperti haus perhatian sejak ayahnya tidak pernah lagi pulang ke rumah
(baca:bercerai). Kasihan.
Maret 2009
Hari
ini aku memang sedang perang dingin dengan suamiku. Masalah kecil saja
sebenarnya, tapi malas saja untuk berdamai, masa berkali-kali harus aku
dulu yang mengibarkan bendera putih, tanda menyerah. Suamiku memang
orang yang paling betah untuk menjaga gengsinya mengibarkan bendera
putih. Tapi tidak tahu mengapa, aku jadi kangen sekali dengan dia kali
ini. Aku tidak mau hubungan dengan suamiku memburuk seperti Karina
dengan Ardi atau orangtua Genta, Bani, Theana, Kenny, Fadhil dll. Aku
sayang mereka. Aku sayang suami dan anakku. Jadi, tidak apalah sedikit
meredam keegoisanku untuk mereka.
Tiba di rumah, ternyata suamiku
sudah ada. "Ayah sudah lama sampai?" Kataku membuka percakapan. Suami
hanya mesem-meseem saja. Mungkin dia pikir, alhamdulillah, akhirnya aku
ditegur juga. "Kok tumben,ayah sudah ada sebelum aku pulang. Bagaimana
tadi operasinya? Hari ini ada operasi apa saja? Berarti operasinya cuma
sebentar dong"Berondongku. "Iya,operasinya cuma sebentar,kan
THT,sebentar. Lagipula, memang tidak boleh ya kalau aku kangen
kamu,hehehe"(bagi suamiku,untuk bisa berkata demikian dibutuhkan
perjuangan yang keras,jadi tentu saja kalimat itu bikin aku melayang).
Wah,
aku jadi malu. Ternyata suamiku punya perasaan yang sama hari ini. Aku
raih tangan suamiku "Yah, bunda sedih deh, kemaren-kemaren tidaK bisa
ngobrol sama ayah. Ayah mau berjanji untuk aku ngga?" Tanyaku tiba-tiba.
Yang cuma dijawab dengan anggukan oleh suamiku.
"Ayah
mau berjanji padaku, bahwa kita tidak akan bercerai?" Suamiku terdiam,
dari pandangannya tampak sekali bahwa ia sedang bertanya-tanya dalam
hati.
Tapi akhirnya dia menjawab sambil tersenyum "Insya Allah".
Ya,
Insya Allah. Manusia kan cuma bisa berencana.Keputusan adalah
milik-Nya. Semoga Allah benar-benar melanggengkan kami, di dunia dan
akherat...Amiin.
Diilhami dari cerita yang sebenarnya
Untuk
teman-teman yang sudah menikah. Berusahalah untuk mempertahankan
pernikahan. Sedih, senang ya bersama-sama. Suami dan istri saling
mendukung, setiap pasangan kita pasti punya kekurangan, sebagaimana kita
juga pasti memiliki banyak kekurangan di mata pasangan kita. TApi
jangan pernah berniat mencari 'yang lain', karena belum tentu 'yang
lain' akan lebih baik dari pasangan kita saat ini. Semoga kita termasuk
yang dilanggengkan Allah.... Amiin
Saturday, May 2, 2009
Sabtu, 17 Agustus 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar